“Tentang
Malaika Secret”
Rumah seseorang menggambarkan karakter pemiliknya. Masuk ke rumah Malaika adalah sebuah pengalaman visual yang menyenangkan. Di depan pintu masuk ada gong yang menggantikan bel, dipukul saat kita hendak bertamu. Ketika pintu dibuka, kita disuguhi warna hijau dari berbagai tanaman. Halamannya diwarnai kumpulan warna hijau, coklat, dan biru memanjakan mata. Hijau dari tanaman, coklat dari pohon dan furnitur kayu, ditambah biru dari air kolam renang yang bersih terawat. Aneka furnitur kayu dan benda-benda antik membuat kita paham bahwa Malaika menyukai seni dan sejarah. Selain beberapa kamar yang terisi dengan “harta karunnya”, ada rumah kayu dengan warna kuning dan toska. Penuh. Cantik. Bermakna.
Di bagian dalam, kita akan melihat dapur terbuka yang disebut sebagai kitchen lab. Di tempat inilah banyak menu luar biasa terlahir dari tangan Malaika. Wangi Pumpkin Bread membuat kita ingin membenamkan gigi di warna kuning yang menggoda. Sweet Potato Bread bisa menghidupkan rasa kekanakan karena warna ungunya yang cantik. Sama seperti rumahnya, semua hasil kreasi Malaika begitu cantik dan berkarakter. Beberapa karya khas Malaika adalah makanan bebas gluten dan gula. Seperti yang biasa dia ucapkan, “No sugar, of course!”
Malaika
I Gusti Agung Ayu Mas Malaika. Kawan-kawannya memanggilnya Malaika. Bagi sebagian orang, Malaika juga dikenal sebagai Bugung, singkatan dari Ibu Agung. Datang dari keluarga kerajaan Tabanan, Bali, kedudukan Malaika memang dianggap istimewa di kalangan masyarakat setempat. Namun semua penghormatan, penghargaan, dan cinta kasih yang Malaika terima bukan cuma karena darah keturunan raja dari ayahnya. Nama Malaika sendiri terkenal sebagai seorang pebisnis wanita yang berperan menciptakan lapangan kerja dan membantu orang-orang yang bersentuhan dengannya. Duduklah sebentar dengan Malaika, maka seseorang bisa mendapatkan begitu banyak informasi berharga. Pembicaraan bisa seputar lika-liku usaha, cara hidup sehat mengatasi penyakit yang diidap, hingga spiritualitas.
“Food architect,” itu jawaban Malaika ketika ditanya tentang profesinya. Dalam kenyataannya tidak semudah itu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain sebagai arsitek makanan, Malaika yang memiliki beberapa usaha makanan juga bergerak di bidang kecantikan, fesyen, furnitur, kontraktor, dan wellness.
Makanan Penyembuh
Pemilik Lemo Beach Café ini terkenal dengan aneka kreasi makanannya yang enak dan sehat. “Too good to be true,” pujian ini kerap keluar dari mulut konsumennya. Bagaimana tidak, Blueberry Cheese Cake terasa begitu lezat di lidah namun bebas gluten dan gula. Coconut coffee yang bahkan bisa dinikmati mereka yang sedang intermitten fasting terasa manis meski tanpa gula. Banyak makanan nikmat yang diduga sinful atau “banyak dosa” ternyata tidak mengandung gula dan gluten. Semua kenikmatan yang membuat lidah bergoyang tidak diikuti konsekuensi kesehatan menurun atau penambahan berat badan.
Salah satu keahlian Malaika adalah pemahaman akan proses fermentasi. Ketertarikannya terhadap fermentasi juga dipengaruhi cerita kakeknya yang berjuang ketika masa penjajahan. Kakeknya bercerita, tanpa fermentasi akan susah bagi para pejuang dan rakyat untuk bertahan di kala perang karena keterbatasan makanan. Hal tersebut ditambah keingintahuan dan minatnya yang besar terhadap sains. Mengecek kandungan makanan atau apa pun yang ia buat ke laboratorium bukanlah hal asing untuknya. Melakukan eksperimen sains juga adalah hal yang biasa untuknya. Malaika bahkan bisa merumuskan produk perawatan wajah seperti apa yang cocok untuk seseorang berdasarkan sampel darahnya.
Karir Malaika
Sedari kecil Malaika memang sudah menunjukkan kelebihan dibanding teman-temannya yang lain. Ia lulus empat tahun lebih cepat. Kecerdasannya berimbang dengan kebandelannya yang diawali dari rasa ingin tahunya yang besar. Mulai dari menunggang kerbau pembajak sawah, berjualan rujak di tengah sawah hingga membuat kawan-kawannya kehabisan tabungan, hingga pergi ke Jakarta seorang diri tanpa ijin orang tua.
Mengawali karir di perhotelan sebagai sekretaris CEO membuat Malaika paham bagaimana cara mengatur dan memimpin perusahaan. Kecerdasan dan semangatnya yang besar membuat ia bisa menjadi CEO di hotel tersebut. Selain itu, minatnya terhadap seni menghasilkan busana, kain, aksesoris, furnitur, dan bangunan yang sesuai dengan cita rasanya. “Size matters,” itu prinsip Malaika. Ini bisa terlihat dari salah satu sofa hasil desainnya yang terlihat besar, kokoh, namun tidak kehilangan sisi estetika sehingga terlihat cantik. Dengan pemahaman fisika, ia menjelaskan kenapa kursi bongsor tersebut tetap bisa menahan berat badan manusia yang duduk tanpa merusak lantai di bawahnya.
Titik Balik
Pada suatu titik kehidupannya, Malaika pernah merasa mendapat pesan dari Sang Hyang Widhi. Ketika itu ia memiliki enam restoran dan spa. Ia tiba-tiba merasa, “Makanan yang saya jual memang enak, tapi tidak semuanya bagus untuk kesehatan. Ada yang menggunakan bahan dasar makanan kalengan. Meski ekonomis, ini sebenarnya bisa mengganggu kesehatan dan bahkan bisa membuat seseorang terkena kanker.” Setelah itu, ia menjual semua restorannya dan fokus di bidang wellness. Malaika melanjutkan usaha spanya dan merintis usaha makanan sehat.
Tentu untuk sampai ke titik tersebut tidaklah mudah. Sebelumnya ketika meneruskan pendidikan di luar negeri, ia datang ke sebuah pameran makanan organik dan terkesima dengan pemikiran orang-orang beda bangsa yang selaras dengan pemikirannya sendiri. Bahwa untuk hidup dengan baik, manusia harus selaras dengan alam. Manusia pun akan bisa menjaga kesehatan tubuhnya ketika makan makanan yang tumbuh dengan lingkungan alami dan terjaga. Malaika berpikir bahwa sesungguhnya potensi para petani di Bali, di kampung halamannya sangat bagus untuk memenuhi kebutuhan akan makanan organik. Orang Bali pun pasti bisa, begitu pikirnya.
“Tidakkah indah bila kita bisa menolong seseorang tanpa harus menjelaskannya? Kita tinggal menaruh sesuatu yang bagus di dalam tubuhnya dan ia menjadi lebih sehat. Kita pun bisa menolong petani dan industri makanan organik.” Itulah pemikiran Malaika ketika menekuni usaha healing food yang menggunakan bahan baku terbaik dan organik.
Dalam berbisnis Malaika sadar dia tak perlu melakukan semuanya sendiri. Dia pun tak ingin mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Karena itu ia tak segan meminjamkan tanah-tanahnya kepada petani, lalu membeli hasil panen mereka dengan harga layak. Untuk packaging aneka produknya, Malaika memercayakan kepada tetangga-tetangga di sekitar rumahnya agar mereka pun mendapatkan keuntungan dari usaha yang dia jalankan.
Keistimewaan Malaika
Ketika ditanya apa yang membuat kreasinya berbeda dengan yang lain meski ada yang memiliki produk sejenis, Malaika menjawab taksu. Dalam bahasa Bali, taksu berarti kekuatan natural yang ditimbulkan dari cinta di dalam hati. Terdengar romantis? Tapi Bali memang Pulau Dewata. Segala hal di Bali berakar pada spiritualisme, penghormatan pada alam, dewa-dewi, dan Sang Hyang Widhi. Karena itu niat dan rasa sangat penting dalam melakukan apa pun. Bukan berlebihan kala pelanggan tetapnya mengatakan, “Apa pun yang keluar dari tangan Malaika pasti terasa enak.”
Beberapa restoran dan kafe di Bali mengambil makanan dari Malaika dan menjualnya sebagai produknya sendiri. Saat ini, Malaika bekerja sama dengan Pyramid of Chi by Malaika di Ubud, Bali, dan yang terbaru, Sanjiwani di Tegalalang, Bali, yang sedang dalam proses pembangunan. Pyramid of Chi mengalami banyak peningkatan sejak Malaika bergabung dengan mereka di awal 2022. Peningkatan dari segi kualitas dan penjualan bisa dibuktikan sendiri dengan ramainya tinjauan positif yang bertebaran di internet.
Malaika memang membuka diri untuk tawaran franchise dan semi franchise yang kerap diajukan padanya. Selama nilai-nilainya sejalan, ia tak keberatan berbagi pengetahuan dan pengalaman yang ia dapatkan selama 30 tahunan berbisnis. Tentu ini bukan suatu hal yang mudah dan murah. Bayangkan jatuh bangunnya Malaika selama puluhan tahun tersebut. Bayangkan juga ratusan percobaan yang ia lakukan untuk mendapatkan resep makanan yang sehat dan lezat.
Karya Malaika
Selain aneka makanan enak yang sehat, Malaika membuat ramuan berdasarkan pengetahuan Old Ancient Medicine yang ia miliki. Sebagai bagian dari kerajaan Bali, Malaika juga memiliki akses ke benda pusaka lontar warisan nenek moyangnya yang berisi aneka pengetahuan, di antaranya tentang rempah dan tanaman herbal. Dengan menggabungkan banyak pengetahuan yang ia miliki, Malaika membuat Manamu dan Akaru. Manamu adalah minyak rambut mujarab yang menguatkan dan melebatkan rambut. Manamu terbuat dari minyak kemiri, minyak kelapa, minyak biji anggur, essential oil gardenia, vitamin E, aneka akar dan tanaman kuno warisan tradisi Bali. Sementara Akaru adalah healing oil atau minyak kesehatan yang manfaatnya luar biasa. Selain memberikan rasa hangat, melancarkan peredaran darah, melindungi diri dari serangga, Akaru juga bisa menyembuhkan sakit perut, mengobati luka, dan masih banyak lagi khasiatnya. Akaru terbuat dari pohon Paramao, pohon Tigaron, minyak kelapa, dan akar tanaman Bali kuno.
Suatu saat Malaika kehabisan parfum yang biasa ia pakai dan ternyata parfum tersebut tidak dilanjutkan lagi produksinya. Akhirnya ia berusaha meracik sendiri parfum dengan bau yang serupa. Namun beberapa kali ia membuatnya, hasilnya tidak seperti yang ia inginkan. Karena kesal ia pun melempar botol parfum itu. Dari sanalah datang nama Mad Madam, sebuah parfum yang digemari kalangan sosialite yang dekat dengan Malaika. Baunya eksotis, menggoda, tahan lama, dan yang terpenting tidak pasaran karena hanya bisa didapatkan langsung dari Malaika. Ada pula Not A Perfume yang aromanya lebih lembut dan bisa digunakan bahkan di daerah sensitif karena tidak menggunakan alkohol. Sementara kaum lelaki bisa menggunakan Jernat. Sama seperti namanya yang gagah, parfum ini memberi kesan berani, elegan, dan mahal. Hanya orang-orang terpilih yang bisa menggunakannya karena dibuat dalam jumlah terbatas.
Di Duty Free Bali, Malaika memiliki karya yang telah melegenda: kain multifungsi. Kain ini bisa dibentuk menjadi kain lilit, baju terusan, syal, atau atasan. Yang membedakan kain ini dari kain-kain lainnya adalah desainnya yang dibuat sendiri oleh Malaika. Keluarga Malaika memang memiliki darah seniman. Salah satu saudaranya adalah I Gusti Agung Mangu Putra, pelukis yang karyanya telah dikenal hingga mancanegara. Meski rekan-rekannya mendorongnya untuk mematenkan hasil desainnya karena kerap dicuri pesaing, Malaika tidak melakukannya. Alasannya karena hasil desainnya terlalu banyak dan dia pun selalu bisa membuat desain baru. Selain itu Malaika menggunakan kain yang jauh lebih berkualitas dibanding para pesaingnya yang memilih kain kualitas rendah agar bisa dijual lebih murah.
Namun saat ini Malaika telah membuka diri untuk lebih banyak kalangan. Tidak hanya terbatas pada para pengunjung Lemo Beach Café, Malaika Kitchen Lab, dan tempat-tempat yang berafiliasi dengannya, sekarang aneka karya Malaika pun sudah bisa didapatkan di marketplace.